Ilustrasi perempuan di Jakarta Selatan berdiri di trotoar dengan ekspresi khawatir, menggambarkan dampak relokasi pedagang burung Barito

Jaksel Relokasi Pedagang Burung Barito Imbas Penyatuan Taman ASEAN

Kalau lo anak Jaksel yang sering main ke Barito, pasti udah gak asing sama deretan pedagang burung yang ngisi sisi taman. Suaranya tuh khas banget. Ada yang rame ngekek, ada yang cuma nyiulin pelan. Tapi belakangan, suasana itu mulai berubah.

Per tanggal 2 Juli 2025, Pemkot Jakarta Selatan mulai ngerelokasi para pedagang burung di area taman Barito. Bukan karena mereka ganggu ketertiban, tapi karena kawasan itu bakal disulap jadi satu area taman ASEAN yang baru. Konsepnya? Taman publik 24 jam yang modern, fungsional, dan jadi identitas kota buat Jakarta sebagai pusatnya ASEAN.

Relokasi ini sebenernya udah dipikirin matang. Nggak sekadar gusur-gusuran doang. Pemerintah kota juga berusaha nyari alternatif tempat baru buat para pedagang. Soalnya, jualan burung itu bukan cuma soal hobi atau hewan peliharaan. Buat sebagian dari mereka, itu adalah sumber penghidupan utama.

Taman ASEAN ini rencananya nggak cuma buat duduk-duduk doang. Bakal ada fasilitas lengkap mulai dari toilet, jalur jogging, sampe ruang publik yang bisa dinikmati siapa aja. Dan yang bikin salut, pembenahannya nggak ngandelin dana APBD. Jadi benar-benar project urban space yang dikelola dengan konsep gotong royong dan sinergi antar lembaga.

Dampaknya jelas: area taman bakal lebih bersih, teratur, dan aman. Tapi di sisi lain, wajah Barito yang udah lama identik sama suara burung, jadi terasa sedikit kehilangan nyawa lamanya. Ada rasa rindu yang pelan-pelan bakal muncul, terutama buat mereka yang suka jalan kaki sore sambil dengerin suara burung bersahutan dari kandang-kandang kecil di sisi trotoar.

Tapi perubahan kayak gini emang nggak bisa dihindarin. Jakarta lagi ngejar citra baru sebagai kota global yang manusiawi, modern tapi tetap punya sisi lokal yang hidup. Dan kalau lo liat dari sisi yang lebih luas, ini bukan sekadar soal taman atau pedagang burung. Ini cerita tentang adaptasi, kompromi, dan gimana ruang publik bisa berkembang tanpa ninggalin kenangan warganya.

So next time lo lewat Taman Barito dan ngerasa lebih lapang, lebih rapi, lebih terang di malam hari, coba inget satu hal: taman itu tumbuh bukan tanpa cerita. Ada suara burung yang perlahan hilang, tapi juga ada ruang baru yang lagi dilahirkan.

Sumber: ANTARA News – Jaksel relokasi pedagang burung Barito imbas penyatuan taman ASEAN – 2 Juli 2025

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *